Mengapa menangis jiwaku?
Kau dapatikah kelemahanku?
Air matamu pedih melukai hati, sebab kesalahan tidak kusadari
Sampai kapan engkau meratapi diri?
selain kata-kata tida yang kumiliki, tuk mengartikan isyarat mimpi-mimpi
hasrat keinginanmu, atau petunjkmu
Pandangi aku jiwaku
Seluruh hidupku tercurah ajaranmu
Betapa pahit deritaku
Mengikuti liku-liku langkahmu
Hatiku semula megah bersemayam di singgasananya..
Tetapi kini meringkuk sebagai hamba sahaya
Kesadaranku pernah menjadi sahabat setia
Sekarang balik memusuhi ku
Keremajaanku dahulu harapanku
Tetapi sekarang mengecam kekuranganku
Mengapa jiwaku?
Begitu banyak tuntutanmu?
Dan kusingkiri kesenangan duniawi, dalam mengikuti petujuk arah
Yang kau mestikan kuturuti
Cobalah adil padaku, atau panggil maut
Tuk membebaskanku
Sebab keadilan itu mahkotamu.
Ampun jiwaku…
Ampuni aku!
Telah kauliputi aku dengan cinta kasihmu
Hingga tak kuat lagi aku mendukungnya
Kau dan cinta kasih tak terpisahkan dalam kelemahan
Kapan berakhirnya pergulatan
Antara kekuatan dan kelemahan?
Ampun jiwaku, ampun!
T'lah kautunjukkan keahagiaan yang berada diluar jangkauanku.
Kau dan bahagia tinggal dipuncak gunung yang menjulang
Sedangkan sengsara dan diriku tergeletak bersama di dasar jurang
Kapankah bertemu puncak gunung
D
engan dasar lembah dalam?
Ampuni aku jiwaku, ampun
Tlah kau perlihatkan padaku keindahan, tapi segera kau sembunyikan kembali.
Kau dan keindaha hidup dalam cahaya
Kebodohan dan aku terbelenggu dalam kegelapan yang nyata
Kapankah tertembus dalam kegelapan
Oleh cemerlang cahaya?
Kegemilanganmu akan tiba bersama akhirat nanti
Dan kini kau mengungkapkannya sebagai pendahuluan
Tetapi raga ini menderita bersama kehidupan
Selama berada dalam ruang kehidupan
Inilah, jiwaku, yang tidak kupahami
Engkau bergegas terbang menuju alam keabadian
Tetapi raga ini hanya merangkak perlahan-lahan
Kearah kehancuran
Engkau tidak dapat menunggu
Sedangkan raga tidak dapat dipacu!
Inilah jiwaku, tanggungan batinku.
Engkau begitu kaya dalam ilmu dan kebijakan
Tetapi raga ini lamban meraih pemahaman
Engkau tidak menaggung kompromi
sedangkan raga tidak mau mengerti
inilah jiwaku, derita batinku.
Dikesunyian malam engkau mengunjungi
Sang kekasih, dan menikmati
Puncak-puncak kebahagiaan bersama
Sedangkan raga ini tertinggal belaka
Terpanggang benturan dera antara harapan dan perpisahan
Inilah jiwaku, ujung siksaku
Ampuni aku jiwaku,ampun!
Comments :
0 comments to “Ampuni Aku Jiwaku....”
Post a Comment